Anggi Darmawan, seorang pelajar SMP asal Bandung, 10 Juli 2001, tiba-tiba terserang penyakit aneh, mendadak lumpuh, tidak bisa bicara. Badannya dingin, muntah-muntah, lidah putih, pipi dan bibir mencong ke belakang seperti kena stroke serta tangannya pun mengepal, tidak bisa bicara. Menurut dokter, Anggi terkena AIIP, semacam penyakit langka yang belum ada obatnya. Selain itu, ia juga sulit makan dan minum, hidupnya tergantung infus. “Sebulan dirawat, dokter memprediksi umur Anggi tinggal beberapa hari lagi,” Kata Yani, Ibu dari Anggi.
“Anggi dari kecil dia tumbuh sebagaimana lazimnya anak-anak, tidak ada tanda-tanda bakal terserang penyakit aneh. Bahkan, boleh dibilang tidak pernah merepotkan kami soal kesehatan, dibanding dua saudaranya yang lain,”kata Yani.
Namun, ketika Anggi baru beberapa hari memulai masa pendidikan kelas 1 di SMP tiba-tiba suatu malam dia muntah-muntah, lidahnya putih, kaki dan tangannya lemah tak berdaya, lumpuh total. Malam itu juga dilarikan ke sebuah rumah sakit di kota Bandung. “Tidak hanya itu, nafasnya juga sesak, bahkan kedua kakinya mengecil dalam beberapa hari,” kata Yani.
“Menurut Dokter Ahli yang menangani, Anggi terserang penyakit langka bernama AIIP, semacam penyakit aneh yang belum ada obatnya. Di rumah sakit tempat Anggi dirawat, menurut dokter itu pula sudah tiga orang yang pernah terserang penyakit yang sama, dua diantaranya sudah meninggal dunia. Mendengar itu, terus terang, nyali saya langsung ciut. Bagaimana tidak, anak bagi kami adalah segala-galanya,” lanjut Yani lagi.
Menurut dokter, tambah ibu yani lagi, di saluran pernapasan Anggi, terdapat banyak dahak yang kental, sehingga membuat Anggi sulit bernafas. Untuk mengeluarkan dahak tersebut, dokter menyedot dengan slang khusus lewat mulut. Karena berhari-hari menyedot dahak tersebut lewat mulut, membuat saluran rongga mulut Anggi infeksi. Dokter membuat saluran baru lewat leher. “Dahak yang keluar banyak sekali, seakan tak pernah berhenti,” kata Yani.
Sementara itu, Anggi yang hidupnya tergantung dengan infus, sejak masuk rumah sakit tidak bisa buang air besar dan kecil. “Pernah diupayakan dokter dengan kateter, juga tidak bisa buang air besar. Ketika perawatan hampir sebulan tidak ada perubahan, dokter mulai pesimis. Ditambah lagi, sempat dua kali koma, yang masing-masingnya sekitar 15 menit. Secara tidak langsung, sepertinya dokter mulai angkat tangan, terbukti dengan pernyataannya yang mengatakan, bahwa penyakit ini belum ada obatnya dan kami diperbolehkan memberikan obat lain (alternatif) untuk Anggi. Saat itulah, suami saya langsung teringat ramuan tradisional China yang telah banyak membantu menyembuhkan berbagai penyakit yakni obat herbal Ling Shen Yao. “Saya minumkan Ling Shen Yao ini sekitar jam sepuluh malam. Kira-kira jam empat pagi, Anggi langsung buang air kecil banyak sekali, warnanya coklat. Dua hari kemudian, dia bisa Buang Air Besar. Sejak itulah, kian hari, kondisi Anggi kian membaik. Dahaknya mulai berkurang, nafasnya mulai tenang dan selang pengisap dahak itupun dicabut,”kata Yani.
Sejak itulah, lanjut sang ibu, Anggi hanya diberi Ling Shen Yao. “Dalam 10 hari terlihat perubahan drastis. Anggi sudah mulai bisa menangis, mulai bicara, mulai minta minum, makan dan sebagainya. Seiring itu pula, dari hari kondisinya makin membaik, bisa duduk sendiri, berjalan pelan dan sebulan sejak makan serbuk itu, Anggi bisa berjalan tanpa bantuan kursi roda. Kini atas pertolongan Tuhan lewat obat herbal Ling Shen Yao, anakku benar-benar telah pulih. Dokter dan para suster yang dulu merawat di rumah sakit itupun sempat heran atas kesembuhan Anggi,” kata Yani.